Sabtu, November 29, 2008

Cerita Gelap Malam Mingguan di Pantai Padang

Selesai sholat maghrib tadi, bawa keluarga keliling kota Padang. Udah lama juga sih gak keluar malam mingguan. Dengan suasana masih seger (emang buah kaleng :r ) perjalanan utama dimulai dari gang sempit di samping gedung Departemen Penerangan (yang udah di bredel sendiri oleh pemerintah itu tuh :z ) jalan Veteran. Menyusuri sisi sungai dan terus kearah pantai dan sampailah di ujung jalan yang baru beberapa tahun lalu di resmikan mantan presiden Megawati. Wilayah ini termasuk dalam wilayah pantai Purus.

Jalan ini seharusnya menyebrangi mulut muara dan terus menyisiri pantai ke arah utara, tapi karena jembatannya belum selesai maka sangat cocok untuk tujuan jalan-jalan sore. Didekatnya ada danau dan pengunjung banyak menuju kearah sini untuk menikmati sun set. Tidak seperti bagian selatannya atau daerah pantai Padang, yang jalannya juga merupakan jalan utama kota sehingga lalu lintasnya sangat padat (terutama sore hari dan malam minggu). Jalan baru ini hampir seluruhnya dilalui oleh kendaraan yang khusus untuk rekreasi atau sekedar lewat.

Rencananya sih dari rumah mau cari suasana segar, mumpung cuaca mendukung. Dari masuk gang tadi sudah kelihatan kalau pengunjung atau lewat cukup rame. Baru saja sampai diujung jalan baru itu, suasana gelap tanpa penerangan menyambut. Padahal di sana termasuk wilayah pusat rekreasi warga kota. Sudah beberapa lama ini lampu penerangan jalan umum di jalan dua jalur tersebut padam total. Tidak tahu apakah disengaja atau tidak, tapi apa yang ditemui malam ini sungguh membuat sesak di dadaku.

Warung-warung "kelambu" hanya disinari lampu minyak tanah atau lampu listrik dengan tenaga baterai berjejer disepanjang pantai. Aku terus menyusuri kearah selatan, menuju kawasan Pantai Padang. Tidak jelas apakah ada pengunjung atau tidak diwarung-warung itu tapi yang jelas banyak mobil berjejer di luarnya. Satu dua bara ujung rokok terlihat dibawah atapnya yang sangat rendah (atap direndahin biar tamu yang duduk gak jelas kelihatan dari jalan kaleee..)

Satu dua sepeda motor mendahului kami, rata-rata pasangan anak muda. Aku mengendarai motor memang agak lambat biar bisa bercengkerama dengan anak dan isteri. Semakin banyak yang mendahului kami, semakin banyak adegan kurang ajar, mulai dari pelukan sampai yang sempat-sempatnya ciuman di atas motor yang terus melaju gak peduli orang di sekelilingnya :o . Yang diatas motor terbuka aja kayak gitu apalagi yang di dalam mobil-mobil pikirku :t . Rusak neh Kota, makin maju makin liberal aja (atau aku aja kali yang sok merasa gak pernah muda :# ). Adat basandi Syarak, syarak basandi kitablullah udah dilipat sama ritual duniawi ini. Moga-moga aja ini gak ritual pemanggil tsunami :y

Aku sempat berpikir ambil foto untuk dituangkan dalam blog ini nantinya, tapi dadaku udah keburu sesak, tancap gas aja terus ke arah selatan. Lagian gak pantas suasana seperti itu dipublikasikan, iya gak?

Tidak ada komentar: