Minggu, November 30, 2008

Padang Unto Club, Ontel Clubnya Kota Padang

padang ontel club
Nah ini masih kelanjutan cerita malam mingguan semalam neh, persisnya setelah aku sampai di wilayah Pantai Padang (tadinya di Pantai Purus) Lewat dikit simpang ke jalan Pancasila atau gedung Budaya, ada sekelompok anak muda dengan deretan sepeda ontel. Aku berhenti dan bicara sama salah satu dari mereka dan minta ijin ambil foto.

Padang Unto Club, itu nama kelompok mereka. Unto adalah sebutan Ontel oleh orang minang. Banyak sih kelompok-kelompok lain yang ditemui disepanjang jalan seperti club sepeda motor atau mobil, tapi tadi aku cuma tertarik sama kelompok ini. 

Dari informasi yang aku dapat, mereka berjumlah sekitar empat puluh orang dan sering ngumpul di sana setiap malam mingguan. Sepeda ini rata-rata atau bahkan hampir semuanya sepeda bekas karena tidak ada yang jual sepeda jenis ini yang baru di Padang. Itu sih pengakuan mereka. "Hmm unik juga kelompok ini" pikir ku, kapan ya rencana mo beli sepeda untuk bike to work bisa aku beli, udah dari dulu direncanain sampai sekarang belum terwujud juga.

Sabtu, November 29, 2008

Cerita Gelap Malam Mingguan di Pantai Padang

Selesai sholat maghrib tadi, bawa keluarga keliling kota Padang. Udah lama juga sih gak keluar malam mingguan. Dengan suasana masih seger (emang buah kaleng :r ) perjalanan utama dimulai dari gang sempit di samping gedung Departemen Penerangan (yang udah di bredel sendiri oleh pemerintah itu tuh :z ) jalan Veteran. Menyusuri sisi sungai dan terus kearah pantai dan sampailah di ujung jalan yang baru beberapa tahun lalu di resmikan mantan presiden Megawati. Wilayah ini termasuk dalam wilayah pantai Purus.

Jalan ini seharusnya menyebrangi mulut muara dan terus menyisiri pantai ke arah utara, tapi karena jembatannya belum selesai maka sangat cocok untuk tujuan jalan-jalan sore. Didekatnya ada danau dan pengunjung banyak menuju kearah sini untuk menikmati sun set. Tidak seperti bagian selatannya atau daerah pantai Padang, yang jalannya juga merupakan jalan utama kota sehingga lalu lintasnya sangat padat (terutama sore hari dan malam minggu). Jalan baru ini hampir seluruhnya dilalui oleh kendaraan yang khusus untuk rekreasi atau sekedar lewat.

Rencananya sih dari rumah mau cari suasana segar, mumpung cuaca mendukung. Dari masuk gang tadi sudah kelihatan kalau pengunjung atau lewat cukup rame. Baru saja sampai diujung jalan baru itu, suasana gelap tanpa penerangan menyambut. Padahal di sana termasuk wilayah pusat rekreasi warga kota. Sudah beberapa lama ini lampu penerangan jalan umum di jalan dua jalur tersebut padam total. Tidak tahu apakah disengaja atau tidak, tapi apa yang ditemui malam ini sungguh membuat sesak di dadaku.

Warung-warung "kelambu" hanya disinari lampu minyak tanah atau lampu listrik dengan tenaga baterai berjejer disepanjang pantai. Aku terus menyusuri kearah selatan, menuju kawasan Pantai Padang. Tidak jelas apakah ada pengunjung atau tidak diwarung-warung itu tapi yang jelas banyak mobil berjejer di luarnya. Satu dua bara ujung rokok terlihat dibawah atapnya yang sangat rendah (atap direndahin biar tamu yang duduk gak jelas kelihatan dari jalan kaleee..)

Satu dua sepeda motor mendahului kami, rata-rata pasangan anak muda. Aku mengendarai motor memang agak lambat biar bisa bercengkerama dengan anak dan isteri. Semakin banyak yang mendahului kami, semakin banyak adegan kurang ajar, mulai dari pelukan sampai yang sempat-sempatnya ciuman di atas motor yang terus melaju gak peduli orang di sekelilingnya :o . Yang diatas motor terbuka aja kayak gitu apalagi yang di dalam mobil-mobil pikirku :t . Rusak neh Kota, makin maju makin liberal aja (atau aku aja kali yang sok merasa gak pernah muda :# ). Adat basandi Syarak, syarak basandi kitablullah udah dilipat sama ritual duniawi ini. Moga-moga aja ini gak ritual pemanggil tsunami :y

Aku sempat berpikir ambil foto untuk dituangkan dalam blog ini nantinya, tapi dadaku udah keburu sesak, tancap gas aja terus ke arah selatan. Lagian gak pantas suasana seperti itu dipublikasikan, iya gak?

Dunia Bermain Anak Pantai "Pasir" Pasar Pagi

Melewati kawasan pantai pasar pagi yang padat penghuni kalangan bawah warga kota di sore hari.

"Di mana kami diterima di situlah dunia kami" seolah itulah ungkapan anak-anak dan remaja yang aku dapati sore itu. Ceria bahagia terbinar di wajah mereka. Mereka tak akan paham soal gejolak krisis global yang sedang melanda diseluruh dunia, seperti yang dipusingkan oleh kalangan atas.

Hmmm, sejenak matikan motor, keluarkan tustel, pret..pret.., jadilah dua jempretan diatas. Potret sisi lain dari kehidupan warga kota Padang dari kalangan bawah. Hanya pembangunan yang tidak berempatilah yang akan mengusik mereka. Pembangunan yang tak berpihak dan terus meminggirkan mereka. Akankah kota Padang akan meminggirkan warga kelas bawahnya?

Ini adalah fakta bahwa ada kelompok rentan di kota ini dan harus diperlakukan selayaknya memperlakukan mereka yang lebih beruntung dari sisi modal dan politik.

LBH Padang: Untuk Hukum, Ham dan Demokrasi

Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang termasuk LSM yang lumayan berusia dewasa dibanding LSM-LSM yang ada di Kota Padang. Salah satu kantor pemberi bantuan hukum prodeo dibawah naungan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dan memiliki sejumlah pengabdi bantuan hukum ini kenyang berhadapan dengan masalah-masalah yang di hadapi warga kota berkaitan dengan isu hukum, ham dan demokrasi. Sebenarnya tidak hanya warga kota saja, LBH Padang juga mendampingi masyarakat yang ada di sejumlah kota/kabupaten yang ada di Sumatera Barat.

Kantor LBH Padang berdekatan dengan kantor KPU Kota Padang, bukannya berdekatan lagi, malah cuma dibatasi tembok. Alamatnya di jalan Pekanbaru No ..(walah ..aku lupa :p ) kawasan Asratek Ulak Karang Padang.

GOR Agus Salim Sore Hari, Enaknya Makan Bakso

penjual bakso di gor agus salim padangKemarin sore sepulang kerja sama teman, kami keliling-keliling di kawasan GOR Agus Salim Padang. Bukannya kurang kerjaan, tapi memang disengaja, mencari abang jualan bakso. Gak susah-susah amat sih mencarinya, sekali putar aja udah ketemu tempat makan yang cocok. Persis di wilayah parkir di depan pintu masuk stadiun lapangan sepak bola sebelah barat atau wilayah yang yang biasa dipakai untuk senam pagi oleh warga kota.

Sambil diskusi soal pekerjaan dan isu yang berkembang di tengah kota (tentu tidak semuanya :p ), enak juga menyantap bakso sore hari di sini. Sekali-sekali warga kota yang jogging melintas di depan atau di belakang kami (nyempatin cuci mata juga ha ha ha ha). Juga terdengar bunyi raungan sepeda motor anak-anak muda kota yang kebanyakan adalah pelajar (narsis atau lagi nyari jati diri neh :D ).

Bakso di sini lumayan enak, ditambah kerupuk masing-masing kami, cuma kena enam belas ribu rupiah untuk dua mangkok. Selain itu juga banyak gerobak-gerobak dagangan makanan lain yang bisa dinikmati. Kalau anda sedang berada di Kota Padang dan emang sempat, singgahlah ke daerah ini sore hari.

Sejarah Kota Padang

Pada abad ke–14 (1340-1375) Kota Padang dikenal berupa kampung nelayan dengan sebutan Kampung Batung dengan sistem pemerintahan Nagari yang diperintah oleh Penghulu Delapan Suku.

Pada tahun 1667 VOC lewat penghulu terkemuka "Orang Kayo Kaciak" dapat izin mendirikan Loji pertama. Daerah Batang Arau dijadikan sebagai daerah pelabuhan, yang merupakan titik awal pertumbuhan kota Padang. Kota Padang tidak hanya berfungsi sebagai kota pelabuhan tapi juga kota perdagangan. Pelabuhan tersebut terkenal dengan nama Pelabuhan Muaro.

7 Agustus 1669,
puncak pergolakan masyarakat Pauh dan Koto Tangah melawan Belanda dengan menguasai Loji-Loji Belanda di Muaro, Padang. Peristiwa tersebut diabadikan sebagai tahun lahir kota Padang.

31 Desember 1799.
Seluruh kekuasaan VOC diambil alih pemerintah Belanda dengan membentuk pemerintah kolonial dan Padang dijadikan pusat kedudukan Residen.

1 Maret 1906.
Lahir ordonansi yang menetapkan Padang sebagai daerah Cremente (STAL 1906 No.151) yang berlaku 1 April 1906.

9 Maret 1950.
Padang dikembalikan ke tangan RI yang merupakan negara bagian melalui SK. Presiden RI Serikat (RIS), No.111 tanggal 9 Maret 1950.

15 Agustus 1950.
SK. Gubernur Sumatera Tengah No. 65/GP-50, tanggal 15 Agustus 1950 menetapkan Pemerintahan Kota Padang sebagai suatu daerah otonom sementara menunggu penetapannya sesuai UU No. 225 tahun 1948. Saat itu kota Padang diperluas, kewedanaan Padang dihapus dan urusannya pindah ke Walikota Padang.

29 Mei 1958.
SK. Gubernur Sumatera Barat No. 1/g/PD/1958, tanggal 29 Mai 1958 secara de facto menetapkan kota Padang menjadi ibukota propinsi Sumatera Barat.

Tahun 1975
Secara de jure Padang menjadi ibukota Sumatera Barat, yang ditandai dengan keluarnya UU No.5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, dengan Kotamadya Padang dijadikan daerah otonom dan wilayah administratif yang dikepalai oleh seorang Walikota.

Sumber: Padang.go.id

KPU Kota Padang, Digugat Diujung Masa Jabatan

Beberapa bulan lagi jabatan para komisioner KPU Kota Padang akan digantikan oleh para komisioner baru yang sedang menunggu seleksi tahap akhir. Perhelatan akbar yang digelar KPU Kota Padang diakhir masa tugasnya adalah pemilihan umum wali kota dan wakil wali kota Padang periode 2009-2014.

Pilkada yang memenangkan pasangan incumben Fauzi Bahar dan Mahyeldi ini memang penuh kontroversial. Prosesnya dinilai tidak siap dan matang, banyak pemilih yang tidak terdaftar sehingga membuat bengkak jumlah golput. Tidak tanggung-tanggung, semua lawan pasangan ini seolah-olah bersatu mengajukan gugatan ke pengadilan atas kerugian yang mereka terima akibat kinerja KPU yang dinilai tidak optimal ini.
Pilkada Badunsanak (berkekeluargaan) yang pernah dideklarasikan sebelumnya tetap saja menuai sengketa. Mengikuti peristiwa-peristiwa yang sama di sejumlah daerah di Indonesia. Yang kalah belum siap dengan kekalahannya, yang menang dicurigai kemenangannya. Inilah potret demokrasi kita.