Sudah hampir enam bulan blog ini tidak terurus lagi. Padahal konten-nya cukup unik dan menarik bagi sebagian pengunjung yang pernah mampir. Ternyata walaupun nge-blog buat sambilan tetap saja harus fokus fokus dan fokus. Maaf ya pengunjung, bukan maksud hati untuk berhenti mengeksplorasi kota Padang menjadi sebuah log-log pribagi, tapi sebagai seorang buruh sosial saya masih terasa kurang untuk menjadi seorang blogger (profesional :p ). Hal ini mengakibatkan banyak kisah dan fakta di kota padang yang mengalir begitu saja tanpa terabadikan di blog ini.
Misalnya pengalaman saya di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Jamil Padang dimana kita tidak hanya harus berurusan dengan citra pelayanan rumah sakit yang rendah, juga harus berurusan dengan tukang parkir dan copet yang lihai lolos dari perhatian security. Rumah sakit yang sebagian besar melayani masyarakat kurang mampu ini ada yang aneh di sistem parkirnya (gak tahu apakah ini sistem sumah sakit atau sistem pintar-pintar petugas parkirnya saja) bagi pengunjung yang menggunakan sepeda motor. Kalau mobil, saya tidak tahu karena tidak punya mobil apalagi pernah bawa mobil (ke rumah sakit M Jamil). Kalau tidak percaya, coba buktikan sendiri. Bagaimana caranya?
Gampang saja (kalau anda punya waktu tentunya). Pergilah pada jam kerja dengan sepeda motor ke rumah sakit M Jamil. Setiba di sebuah pos di belakang gerbang masuk, anda tidak akan dimintai karcis parkir dan dibiarkan masuk begitu saja sampai anda meletakkan motor di parkiran. Anda akan dimintai uang parkir seribu rupiah waktu mengambil kembali sepeda motor anda, tapi masalahnya bukan itu. Selanjutnya cobalah datang lagi pada malam hari, kali ini anda akan dimintai karcis di pos di belakang gerbang masuk dan nanti di parkiran anda akan dimintai juga uang parkir atau uang jaga. Jadi siap-siap kalau malam harus bayar parkir dobel. Kalau anda bolak-balik kerumah sakit tiap malam membezuk keluarga, beban parkir ini akan sangat memberatkan, apalagi bagi keluarga pasien yang umumnya kelas menengah kebawah. Saya sering bertengkar soal ini, kadang bisa lepas kadang harus bayar juga. Ada saja alasannya, tapi yang paling umum akan disebutkan oleh petugas parkir: "karcis itu untuk masuk ke area rumah sakit, sedangkan yang saya minta biaya jaga di parkir".
Aduh pusing, jadi bertanya juga, yang gak jujurnya petugas di pos atau penjaga di parkiran. Dan, saya mengalami ini sudah sejak dulu, tahu apa tidak sih manajemen rumah sakit? Kadang saya mencoba memahami penjaga malam ini, mungkin mereka harus mencari extra tambahan, tapi yang saya tetap tidak terima adalah meminta dengan nada paksaan. Huh! Saya sama istri sering bertengkar jadinya kalau melihat saya ngotot tidak mau memberi uang untuk kedua kalinya karena saya sudah bayar tho. Bagi saya bukan masalah jumlahnya, tapi prinsip pemungutan parkir dan mental petugasnya itu. Saya bilang sama istri, jika petugas parkir tu jelas-jelas minta uang untuk tambahan, pasti akan saya beri karena saya tahu berapalah gaji mereka, tapi unsur paksaan dan pernyataan yang bernada bahwa itu adalah sebuah kewajiban pengunjung, tidak bisa saya terima.
Soal lainnya adalah peringatan bagi kelurga pasien yang berurusan di loket-loket pengurusan administrasi pasien rawat inap yang terletak di pintu masuk gedung utama (Orang menyebutnya loket dekat mesin ATM, karena di sisi pintu masuk itu terdapat beberapa mesin ATM). Diloket-loket itu pada jam kerja sibuk akan terdapat banyak masyarakat yang berurusan di sana. Nah di lokasi ini harus hati-hati dengan copet. Sekitar seminggu yang lewat, dalam waktu yang tidak berapa lama dua orang yang berurusan disana kehilangan dompetnya. Saya tidak tahu apakah ini sejak lama atau baru-baru ini. Mudah-mudahan security rumah sakit cepat mengatasi masalah ini. Kasihan orang-orang yang kebanyakan dari kampung harus kehilangan uang ketika harus mengusahakan uang untuk kesembuhan keluarganya. Saya tidak tahu bagaimana dengan titik keramaian lainnya di rumah sakit ini, seperti loket-loket di poliklinik rawat jalan karena saya belum ada mendengar kabar ada pengunjung yang kehilangan di sana.
Cerita soal suka duka rumah sakit pemerintah ini sudah menjadi rahasia umum masyarakat, tapi bagaimanapun saya tetap yakin, bukan rumah sakitnya yang salah, tapi kualitas SDM dan mental pekerjanya-lah yang bermasalah walaupun pasti ada yang masih tetap dengan empati dan hati yang menjadi pegawai disana, dengan jumlah yang lebih sedikit. Kalau tidak segera dibenahi, jangan heran orang lebih memilih rumah sakit swasta yang ada di kota Padang, atau kalau lebih kaya lagi, akan berobat ke rumah sakit yang ada di Malaysia atau Singapura. Selain itu masalahnya juga kelengahan pihak rumah sakit yang terhadap orang-orang yang tidak berntanggung jawab dan mengambil keuntungan ditengah kesulitan orang sakit dan keluarganya, seperti cerita tentang copet tadi. Semoga ini cepat dibenahi.
M. Djamil, aku bangga namamu diabadikan menjadi nama rumah sakit ini, semoga gelar pahlawan nasional yang sedang diupayakan untukmu kau dapat. Amin..
2 komentar:
iya, ya... masalah kita sama persis..
semoga cepat ditangani.
saat ini ana dah lama tidak ke RS shg kurang tahu apakah aturan itu masih berlaku atau tidak.
@Al muhandis, Sepertinya masih sama. Saya baru sekitar 2 minggu kemarin ke sana. Saya juga membuat pesan di halaman "kontak kami" situs resmi rumah sakit itu, tapi juga beberapa pertanyaan lainnya, tapi sampai sekarang tidak ada jawaban.
Posting Komentar